Memilih Bagian yang Terbaik
(Lukas 10:38-42)
đź“… 20 Jul 2025
✍️ Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
Di dalam rumah yang penuh kesibukan itu, dua perempuan memilih dua arah yang berbeda. Marta berputar dalam ritme kerja dan keramaian, Maria diam dalam keheningan yang mendengarkan. Keduanya tidak salah, tetapi Yesus menyebut bagian Maria sebagai "yang terbaik". Bukan karena diam lebih unggul dari kerja, tetapi karena keheningan Maria mengalir dari kerinduan untuk hadir sepenuhnya di hadapan Sang Tamu Ilahi.
Kisah ini sering dibaca sebagai teguran terhadap kesibukan, atau seruan untuk kembali ke kontemplasi. Tetapi dalam terang gereja sebagai komunitas partisipatif, kisah ini mengundang kita untuk lebih dari sekadar membandingkan dua bentuk pelayanan. Ia menantang kita untuk menimbang ulang: apa yang selama ini kita anggap sebagai pelayanan? Apakah sekadar kerja yang kelihatan, atau kehadiran yang sungguh-sungguh?
Gereja bukan sekadar tempat untuk sibuk bekerja bagi Tuhan—ia adalah ruang perjumpaan, tubuh yang hidup, dan komunitas yang saling mendengarkan. St. Augustinus menulis, "Martha melayani Tuhan dalam tubuh-Nya, Maria melayani-Nya dalam firman-Nya; tetapi keduanya dibutuhkan." Ini berarti bahwa pelayanan tidak bersumber dari produktivitas, tetapi dari kedalaman relasi—dengan Allah dan dengan sesama.
Partisipasi dalam gereja bukan soal banyaknya kegiatan, melainkan keutuhan kehadiran kita. Duduk mendengarkan Sabda adalah bentuk pelayanan. Menyimak cerita orang lain, menyambut kehadiran jemaat baru, mendampingi yang bergumul—semuanya adalah bagian dari kehadiran yang melayani. Itulah wajah gereja yang kolaboratif: tidak dibangun oleh segelintir orang aktif, tetapi oleh seluruh tubuh yang saling menopang.
Hari ini, dalam ulang tahun gereja kita, kita diingatkan bahwa menjadi gereja bukan hanya tentang membangun program atau mengisi jadwal pelayanan. Ia tentang membangun relasi, memperdalam pendengaran, dan menghadirkan diri secara utuh. Seperti Maria, kita diundang memilih bagian yang terbaik: mendengar sebelum bertindak, hadir sebelum bicara, menjadi murid sebelum menjadi pelayan.
Gereja yang partisipatif bukanlah gereja yang sibuk, tetapi gereja yang memberi ruang bagi setiap orang untuk menjadi utuh dan hadir. Di situlah pelayanan lahir bukan dari rutinitas, tetapi dari relasi. Di situlah bagian terbaik ditemukan—dan tak akan pernah diambil dari kita. Maka, ulang tahun ini bukan hanya pesta syukur, melainkan undangan untuk menata ulang cara kita menjadi gereja: bukan sekadar melayani, tapi hidup saling hadir dalam kasih yang mendalam.
📤 Bagikan via WhatsApp
⬅ Kembali ke Daftar Renungan
Belum ada komentar untuk renungan ini.