Yesus Pemimpin yang Benar di Tengah Keluarga
(Ibrani 7:7–17)
📅 31 Aug 2025
✍️ Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
Beberapa hari terakhir, kita menyaksikan demonstrasi di berbagai kota Indonesia. Suara-suara keras memenuhi jalan, poster terangkat tinggi, dan tuntutan keadilan menggema. Di balik itu semua, tampak kerinduan mendalam akan kepemimpinan yang tulus melayani, bukan sekadar mencari kuasa. Seperti diingatkan Henri Nouwen, “Kepemimpinan sejati tidak pernah berakar pada keinginan untuk menguasai, tetapi pada kerelaan untuk melayani.” Hal yang sama berlaku di dalam keluarga: kepemimpinan sejati lahir dari kerelaan hati untuk mengasihi, bukan dari dorongan untuk menguasai.
Firman hari ini menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Pemimpin yang benar. Ia memimpin bukan dari pusat kuasa, melainkan dari pinggiran kehidupan, bukan dengan kemegahan, melainkan dengan kerendahan hati. Ibrani 7:7 menunjukkan bahwa Allah senantiasa berbicara. Kata laleo mengingatkan kita bahwa firman-Nya disampaikan melalui berbagai media, baik tradisi lisan zaman dahulu maupun media digital saat ini. Di tengah keluarga, setiap orang dipanggil menggunakan setiap kesempatan untuk mewariskan firman Tuhan, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga lewat teladan hidup yang nyata.
Ayat 12 dan 13 mengingatkan kita akan kepemimpinan yang lahir dari pinggiran. Yesus datang ke Golgota—tempat hina di luar tembok kota—dan memanggil kita untuk “keluar kepada-Nya” (exerchomai) dan “menuju kepada-Nya” (pros). Ini bukan sekadar gerak tubuh, melainkan gerak hati: meninggalkan pola pikir yang egois dan masuk ke pola pikir Kristus yang mengasihi dan memulihkan. Dalam keluarga, kepemimpinan ini berarti berani hadir untuk anggota keluarga yang sering terabaikan: anak yang pendiam, pasangan yang lelah, atau orang tua yang merasa kesepian.
Dietrich Bonhoeffer pernah berkata bahwa Kristus selalu berada “di tengah mereka yang tersisih.” Jika itu berlaku di masyarakat, maka berlaku juga di rumah: Yesus hadir di ruang keluarga yang retak, di meja makan yang sunyi, di hati yang merasa tidak didengar. Memimpin keluarga dengan cara Kristus berarti mau mendengar lebih banyak daripada memerintah, mau merangkul lebih banyak daripada menghakimi, mau melayani lebih banyak daripada menuntut dilayani.
Yesus adalah Pemimpin yang benar. Ia tidak memimpin dengan tongkat besi, melainkan dengan kasih yang berkorban. Dalam ulang tahun ke-61 GKPI kemarin, kita diingatkan bahwa rumah tangga kita dipanggil mencerminkan kepemimpinan Kristus—kepemimpinan yang mengasihi, merangkul, dan memulihkan, bukan sekadar mempertahankan wibawa diri.
📤 Bagikan via WhatsApp
⬅ Kembali ke Daftar Renungan
Belum ada komentar untuk renungan ini.