Kasih Setia Tuhan Untuk Selamanya
(Mazmur 103:15-28)
đź“… 24 Aug 2025
✍️ Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
Banyak filsuf sejak zaman kuno bertanya: adakah sesuatu yang tetap ketika segala sesuatu berubah? Herakleitos berkata, panta rhei—segala sesuatu mengalir. Para Stoik menyebut kosmos to pan, kesatuan yang diatur oleh akal ilahi. Dalam bahasa Latin, kata omnia menunjuk pada segala yang ada. Semua ini mencari kepastian di balik kefanaan hidup manusia yang hanya sekejap seperti bunga di padang. Mazmur 103 menjawab: kasih setia Tuhan tetap selama-lamanya.
Mazmur ini tidak berbicara dengan bahasa kaku filsafat, tetapi dengan syair iman yang hidup. Kata Ibrani ken dalam ayat 15 menegaskan identitas manusia yang rapuh. Kita fana sejak awal, bahkan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Kita seperti bunga indah yang cepat layu dan hilang ditiup angin. Namun, di balik kefanaan itu, Mazmur mengarahkan mata kita kepada Allah yang takhta-Nya tegak dan kerajaan-Nya berkuasa atas bakkōl—segala sesuatu. Dunia ini tidak netral, tetapi milik Raja, dituntun seperti orkestra yang dipimpin Dirigen Agung yang tak pernah meletakkan tongkatnya.
Kesadaran ini mengubah cara kita hidup. Kita tidak bisa mengeksploitasi ciptaan seolah milik kita, dan kita tidak bisa hidup terlepas dari maksud ilahi. Kita hanyalah penjaga dan saksi kerajaan Allah. Dan di sinilah penghiburan sejati: di tengah kefanaan manusia, kasih setia Tuhan tidak pernah pudar. Takhta-Nya tegak selamanya, dan hidup kita ada dalam genggaman kasih-Nya. Dunia ini mungkin berubah, manusia mungkin fana, tetapi kasih setia Tuhan tetap selama-lamanya—itulah nada dasar yang terus mengalun dalam simfoni kehidupan.
📤 Bagikan via WhatsApp
⬅ Kembali ke Daftar Renungan
Belum ada komentar untuk renungan ini.