Jala Kosong, Hati Penuh: Saat Taat Lebih Berarti daripada Berhasil
(Lukas 5:5)
📅 20 Aug 2025
✍️ Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
"Kesetiaan bukanlah tentang melakukan hal besar, tetapi tetap taat dalam hal kecil ketika tidak ada yang melihat." — Teresa dari Avila. Teresa dari Avila (1515–1582) adalah seorang mistikus dan pembaharu ordo Karmel dari Spanyol yang dikenal karena ajarannya tentang doa dan kehidupan rohani yang mendalam. Ia menegaskan bahwa kesetiaan sejati bukan hanya tampak dalam karya besar, tetapi justru dalam ketaatan sehari-hari yang sederhana dan tersembunyi.
Simon Petrus mengalami kegagalan yang sangat manusiawi: bekerja keras sepanjang malam, tetapi tidak mendapat hasil apa-apa. Keletihan dan kekecewaan mudah membuat seseorang berhenti berusaha. Namun, ketika Yesus berkata, "Tebarkanlah jalamu," Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Ketaatan sederhana itu mengubah kegagalan menjadi mukjizat.
Di balik jala kosong ada undangan untuk percaya, dan di balik kekecewaan ada kesempatan melihat bahwa kuasa Tuhan bekerja bukan pada puncak kemampuan kita, melainkan di titik terendah usaha manusia. Ketaatan Simon mengajarkan, kesetiaan kepada firman Tuhan lebih berharga daripada pengalaman atau logika pribadi. Hidup sering terasa seperti jala yang tidak terisi, meski sudah berusaha keras. Tetapi setiap langkah yang dilakukan "karena Engkau, Tuhan", menjadikan rutinitas sebagai ladang anugerah.
Setiap hari adalah kesempatan untuk berkata, "Karena Engkau, Tuhan, aku akan melangkah lagi." Inilah iman yang bekerja dalam keheningan, iman yang mengubah jala kosong menjadi sarana kemuliaan Allah.
📤 Bagikan via WhatsApp
⬅ Kembali ke Daftar Renungan
Belum ada komentar untuk renungan ini.