Suara Sukacita di Tempat yang Gersang
(Yeremia 33:10-11)
đź“… 19 Aug 2025
✍️ Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
Ada masa ketika kehidupan terasa sunyi. Rumah-rumah tampak berdiri, tetapi sepi dari tawa. Ladang-ladang masih terbentang, tetapi tidak ada yang menuai. Yeremia berbicara kepada Yehuda di tengah kehancuran seperti itu: kota yang ditinggalkan, suara pengantin yang telah menghilang, dan kehidupan yang dibungkam oleh perang. Namun, di balik kehancuran, Allah berjanji akan memulihkan, hingga suara sukacita, sorak gembira, dan nyanyian syukur kembali terdengar. Allah melihat masa depan di mana reruntuhan akan dipenuhi kehidupan, dan pujian akan menggantikan ratap tangis.
Hidup kita pun tak jarang mengalami sunyi yang serupa. Ada ruang-ruang batin yang gelap, doa yang terasa kosong, bahkan janji-janji yang seakan tak bergaung lagi. Tetapi Yeremia menegaskan: Allah tidak meninggalkan reruntuhan. Ia membisikkan janji pemulihan di tempat yang kini tampak mati. Di situlah iman diuji—apakah kita berani percaya pada Allah yang berkata, “Akan terdengar lagi suara kegirangan dan sorak-sorai.” Sukacita bukan lahir dari keadaan yang baik, tetapi dari kehadiran Allah yang memulihkan dan mengubah sepi menjadi pujian.
Ketika Allah memulihkan, Ia tidak hanya mengembalikan situasi, tetapi menghidupkan kembali hati yang bersyukur. “Bersyukurlah kepada TUHAN semesta alam, sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.” Inilah lagu yang akan dinyanyikan kembali di kota yang tadinya sunyi. Dalam pemulihan Allah, sukacita bukan sekadar suasana hati, tetapi kesaksian bahwa kasih setia Tuhan lebih kuat daripada kehancuran apa pun.
Hidup kita bisa saja melewati musim kering dan lengang, tetapi Allah adalah Tuhan yang menghadirkan kehidupan kembali di padang tandus. Di tengah reruntuhan, Ia merancang pesta. Di balik sunyi, Ia sedang menyiapkan nyanyian baru. Maka, mari percaya dan tetap memuji-Nya, bahkan sebelum sukacita itu terlihat, sebab janji-Nya tidak pernah gagal: suara sukacita akan terdengar lagi.
📤 Bagikan via WhatsApp
⬅ Kembali ke Daftar Renungan
Belum ada komentar untuk renungan ini.