Ketika Keheningan Menjadi Ibadah

(Habakuk 2:20)
đź“… 31 Jul 2025
✍️ Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
Keheningan bukanlah kekosongan. Dalam dunia yang dipenuhi hiruk-pikuk suara, opini, dan kegelisahan, firman ini datang seperti embusan angin sejuk yang menyapu debu dari relung jiwa. Di tengah segala kekacauan yang Habakuk saksikan—ketidakadilan, kekerasan, dan kemerosotan moral—Tuhan menegaskan kehadiran-Nya dalam bait yang kudus. Keheningan yang diperintahkan bukan sekadar tanpa suara, melainkan suatu undangan untuk tunduk, merenung, dan mengakui bahwa Dialah Allah yang berdaulat atas segala sesuatu.

Luther, dalam penafsirannya yang khas dari perspektif Reformasi, memandang keheningan di hadapan Allah sebagai ekspresi iman yang hidup. Iman, menurutnya, bukan sekadar memahami doktrin, tetapi keberanian untuk diam di hadapan misteri dan mempercayakan diri kepada Allah yang tersembunyi sekaligus menyatakan diri-Nya. Dalam komentarnya tentang Mazmur dan kitab-kitab kenabian, Luther sering menggarisbawahi bahwa "Tuhan bersembunyi dalam penderitaan, tetapi hadir dalam janji-Nya." Dalam kata lain, diam di hadapan Tuhan bukan berarti pasif, melainkan aktif dalam iman—sebuah respons penuh hormat kepada hadirat-Nya yang suci.

Renungan ini menjadi sangat relevan bagi kita yang sering dikuasai oleh keinginan untuk selalu berbicara, bertindak, dan menjelaskan segalanya. Habakuk 2:20 menantang kita untuk berhenti sejenak, bukan karena kita telah menyerah, tetapi karena kita percaya. Percaya bahwa Tuhan tetap memerintah dari bait-Nya yang kudus, bahkan ketika dunia tampak tak terkendali. Diam kita adalah pengakuan iman: bahwa Dia ada, Dia tahu, dan Dia tetap bekerja.

Dalam diam yang penuh iman, kita mendengarkan suara-Nya lebih jelas. Dalam diam yang berserah, kita menemukan damai yang tak tergoyahkan. Dan dalam diam yang menghormati, kita dibentuk untuk hidup yang lebih kudus.

Tuhan hadir dalam keheningan yang dipenuhi hormat dan iman. Biarlah bumi diam bukan karena takut, melainkan karena percaya.
Komentar & Jawaban (maksimal 10 komentar):

Belum ada komentar untuk renungan ini.

Jika anda punya pertanyaan terkait renungan ini, sila ajukan dengan mengisir form di bawah ini. Segera akan kami respons.

Nomor HP tidak ditampilkan ke publik
📤 Bagikan via WhatsApp ⬅ Kembali ke Daftar Renungan