Logo GKPI

Ziarah Iman di Tengah Lembah Kehidupan

Nas: Mazmur 84:1–7 | Ibadah Sektor
🗓️ Tanggal: 28 Oct 2025
👤 Penulis: Pdt. Dr. Irvan Hutasoit

Dunia kita hari ini sedang dilanda kelelahan yang halus namun mendalam, yaitu kelelahan batin. Banyak orang tampak berlari tanpa arah: dari pekerjaan ke hiburan, dari layar ke layar, seolah takut berhenti dan menghadapi kekosongan dirinya sendiri. Media sosial membuat kita haus akan pengakuan, karier menuntut kesempurnaan tanpa henti, dan bahkan kehidupan rohani pun sering terjebak dalam rutinitas tanpa makna. Kita hidup di tengah dunia yang sibuk “bergerak,” tetapi kehilangan arah ke mana harus “kembali.” Jiwa modern bagaikan pengembara di padang yang luas, mencari rumah bagi hatinya yang letih. Dalam kegelisahan universal inilah Mazmur 84 berbicara lembut kepada kita, tentang kerinduan terdalam manusia untuk pulang ke hadirat Allah, satu-satunya tempat di mana jiwa memperoleh kedamaian. Pemazmur berseru, “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!” Seruan ini bukan sekadar kekaguman atas kemegahan Bait Allah, melainkan ungkapan cinta kepada Allah yang berdiam di dalamnya. Bagi pemazmur, rumah Tuhan adalah simbol persekutuan yang hidup dan akrab antara manusia dengan Sang Pencipta. Ia tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan di luar, bukan pada harta, jabatan, atau pujian, tetapi dalam kehadiran Allah yang memulihkan. Dalam konteks zaman kita, mazmur ini menjadi panggilan untuk menemukan kembali ruang batin di mana Allah bersemayam. Hadirat Tuhan bukan sekadar tempat fisik, melainkan keadaan hati yang diam di bawah kasih dan damai-Nya. Namun perjalanan menuju rumah Tuhan tidak selalu mudah. Pemazmur mengenal “lembah tangisan”, lembah air mata yang menjadi simbol penderitaan, kehilangan, dan pergumulan hidup. Tetapi bagi orang yang hatinya tertuju kepada Tuhan, lembah itu bukan akhir, melainkan jalan menuju sumber air kehidupan. Di sanalah makna ziarah iman menemukan bentuknya: sebuah perjalanan batin untuk semakin dekat kepada Allah melalui suka dan duka hidup. Ziarah iman bukan sekadar berpindah tempat, melainkan proses pemurnian hati. Ia adalah perjalanan panjang di mana manusia belajar, Allah tidak hanya menanti di tujuan akhir, melainkan hadir di setiap langkah perjalanan, bahkan di tengah tangis, keraguan, dan kesunyian. Ziarah iman juga berarti berjalan “dari kekuatan kepada kekuatan.” Iman sejati tidak tumbuh dalam kemudahan, tetapi dalam kesetiaan melewati lembah kehidupan. Setiap air mata menjadi benih kekuatan baru; setiap luka menjadi ruang bagi kasih Allah untuk bekerja. Peziarah iman menemukan bahwa rumah Tuhan bukanlah tempat yang jauh, tetapi keadaan hati yang tetap berpaut pada-Nya di tengah perjalanan. Santo Agustinus dari Hippo (354–430 M), seorang Bapa Gereja besar yang hidup di abad keempat, menafsirkan pengalaman manusia sebagai ziarah batin yang terus mencari Allah. Dalam karyanya "Confessiones", ia menulis dengan jujur: “Engkau telah menciptakan kami bagi diri-Mu, ya Tuhan, dan hati kami tidak akan tenang sampai beristirahat di dalam Engkau.” Bagi Agustinus, seluruh hidup manusia adalah perjalanan dari keterceraiannya menuju persekutuan kembali dengan Sang Pencipta. Jiwa manusia, katanya, selalu “gelisah” karena mencari makna di luar Allah, padahal hanya di dalam Dia, jiwa setiap orang menemukan rumahnya. Melalui lensa pemikiran Agustinus, Mazmur 84 menjadi cermin kehidupan rohani kita hari ini. Ziarah iman bukan sekadar nostalgia religius, melainkan gerak eksistensial manusia yang sadar bahwa tanpa Allah, hidup hanyalah pengembaraan tanpa arah. Ketika dunia modern menjerat manusia dalam kelelahan, Mazmur ini, bersama suara Agustinus, mengundang kita untuk berhenti sejenak dan mendengar detak hati Allah dalam keheningan batin. Di situlah letak “rumah sejati” yang dicari setiap jiwa. Maka, di tengah hiruk-pikuk dunia dan lembah air mata kehidupan, biarlah kita terus berjalan sebagai peziarah iman, karena hanya di hadirat Allah, hati yang gelisah akhirnya menemukan tempat beristirahatnya.
📤 Bagikan via WhatsApp ← Kembali ke Daftar Khotbah