Logo GKPI

Ketika Tubuh Melemah, Hati Tetap Hidup

Nas: Mazmur 69:31-37 | Ibadah Kategorial
🗓️ Tanggal: 24 Sep 2025
👤 Penulis: Pdt. Dr. Irvan Hutasoit

Dalam masa lanjut usia, seseorang kerap menghadapi kenyataan hidup yang tidak mudah. Tubuh semakin rapuh, ingatan mulai menurun, perasaan kesepian kerap hadir, bahkan muncul rasa tidak lagi berguna bagi orang-orang sekitar. Situasi ini sering membuat lansia bertanya dalam hati: Apakah hidup saya masih berarti? Apakah saya hanya tinggal menunggu waktu? Pergumulan semacam ini dapat menimbulkan kesedihan, kekecewaan, bahkan keputusasaan. Namun, Mazmur 69:31-37 menghadirkan perspektif yang menenangkan. Pemazmur menegaskan, memuji Tuhan lebih berharga daripada segala korban lahiriah, dan melalui pujian itu, Allah menjanjikan penghiburan sehingga hati dapat “hidup kembali.” Pesan ini memberi arah yang jelas: di tengah kerapuhan usia tua, ada sumber kekuatan yang tidak pernah habis, yaitu pujian yang mampu menyalakan kembali semangat hidup dan menghadirkan damai sejahtera. Mazmur ini menggunakan kata “memuji-muji” yang dalam bahasa Ibrani adalah "’āhallel", dari akar kata "halal"—yang menjadi dasar kata Halleluya. Kata ini berarti memuji dengan penuh sukacita, meninggikan, bahkan membuat terang. Makna yang terkandung di dalamnya bukan sekadar mengucapkan syukur secara formal, melainkan meluapkan kekaguman kepada Allah yang menyelamatkan. Dalam kitab Mazmur, kata ini muncul baik dalam doa pribadi di tengah penderitaan, maupun dalam ibadah bersama seluruh umat. Dengan demikian, pujian tidak lahir karena keadaan serba baik, melainkan sebagai sikap hati yang tetap melihat kebaikan Allah di balik segala keterbatasan. Bagi mereka yang sudah lanjut usia, memuji berarti memilih untuk tidak terpaku pada kelemahan tubuh atau kesepian hidup, tetapi mengarahkan pandangan kepada Allah yang tetap setia. Setiap hembusan nafas menjadi kesempatan untuk berkata, “Tuhan masih baik, hidup saya masih berharga.” Selanjutnya, Mazmur ini juga menyatakan frasa, “biarlah hatimu hidup kembali.” Dalam bahasa Ibrani digunakan kata "ḥāyâ", yang berarti hidup, segar kembali, pulih. Tentu bukan hanya sekadar panjang umur dalam arti biologis, melainkan pemulihan batin yang hampir padam. Bagi seorang lansia, janji ini berarti, hati yang lelah dan sempat kehilangan semangat dapat kembali menyala karena Allah hadir dengan kasih-Nya. Hidup kembali berarti menemukan gairah baru untuk terus berjalan, meskipun langkah kaki sudah melemah. Pujian yang dinaikkan kepada Tuhan itulah yang membuka ruang bagi Roh Allah untuk menyalakan kembali api semangat, sehingga hati tidak mati rasa oleh kesepian maupun kerapuhan. Dengan demikian, memuji Tuhan dan hati yang hidup kembali adalah dua hal yang saling berkaitan erat: pujian adalah jalan, dan hati yang segar adalah buahnya. Renungan dari Mazmur 69:31-37 menegaskan bahwa lansia tetap memiliki kekuatan rohani yang besar. Tubuh boleh melemah, tetapi hati dapat tetap hidup melalui pujian. Pujian bukan hanya nyanyian bibir, melainkan sikap batin yang terus berterima kasih, meski berada dalam keterbatasan. Inilah kekayaan iman yang dapat dijalani lansia setiap hari: memulai hari dengan syukur sederhana, mengingat kembali jejak-jejak kebaikan Allah sepanjang hidup, membagikan kata-kata yang meninggikan Tuhan kepada anak dan cucu, serta tetap membuka diri untuk sukacita kecil dari doa, senyum, maupun persekutuan sederhana. Dengan cara-cara ini, hati lansia dipelihara untuk tetap segar, penuh damai, dan tidak padam dalam perjalanan iman. Sebagaimana pernah diungkapkan oleh Dietrich Bonhoeffer: “Hanya dia yang tahu memuji yang dapat benar-benar berdoa, dan hanya dia yang tahu berdoa yang dapat benar-benar memuji.” Dalam usia senja, pujian bukanlah sisa tenaga terakhir, melainkan napas iman yang membuat hati tetap hidup. Ketika tubuh mungkin semakin terbatas, hati yang memuji akan tetap menyala terang, karena Allah yang dipuji adalah sumber kehidupan yang tidak pernah berakhir.
📤 Bagikan via WhatsApp ← Kembali ke Daftar Khotbah