Yesus, Pemimpin yang Benar dan Rendah Hati
Nas: Amsal 25:2-6 | Ibadah Sektor
🗓️ Tanggal: 02 Sep 2025
👤 Penulis: Pdt. Dr. Irvan Hutasoit
Di zaman sekarang, banyak orang mengukur kepemimpinan dari seberapa besar kuasa yang dimiliki, seberapa tinggi jabatan yang diraih, atau seberapa banyak orang tunduk pada perintahnya. Dunia memuja pemimpin yang populer, kuat, dan mampu menunjukkan gengsinya di depan publik. Namun, Firman Tuhan hari ini memberikan pandangan yang berbeda. Amsal 25:2-6 mengajarkan bahwa kemuliaan seorang pemimpin bukan terletak pada kesombongan atau ambisi, melainkan pada hikmat, kerendahan hati, dan kesediaan untuk melayani. Inilah gambaran kepemimpinan yang sejati — kepemimpinan yang tidak mengutamakan diri, tetapi mencari kebenaran yang berasal dari Allah.
Amsal memulai dengan pernyataan, “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja ialah menyelidiki sesuatu.” Allah berdaulat penuh atas segala sesuatu dan tidak semua hal dapat manusia pahami. Namun, seorang pemimpin yang benar selalu berusaha menyelidiki masalah dengan jujur, mencari hikmat dari Tuhan, dan menemukan kebenaran, bukan membenarkan diri sendiri. Yesus Kristus menunjukkan hal ini secara sempurna. Ia adalah Raja segala raja yang mengenal hati manusia, tidak memimpin dengan emosi atau kepentingan pribadi, melainkan selalu berjalan sesuai kehendak Bapa. Dalam kepemimpinan Yesus, kita melihat kuasa yang tidak menindas, melainkan membebaskan; kuasa yang tidak menguasai, melainkan membimbing. Kepemimpinan yang benar bukanlah soal tampil pandai berbicara atau memaksakan kehendak, tetapi tentang hati yang mau belajar, mendengar, dan taat kepada Tuhan.
Amsal kemudian melanjutkan dengan gambaran pemurnian perak: “Buanglah sanga dari perak, maka keluarlah benda yang indah bagi pandai emas.” Ini adalah gambaran tentang pemimpin yang dimurnikan. Kepemimpinan sejati tidak dibangun dengan pencitraan, melainkan dengan kemurnian hati. Yesus tidak mencari mahkota duniawi. Ketika orang banyak hendak memaksanya menjadi raja, Ia justru mengundurkan diri. Ia tidak memimpin dengan motivasi untuk dipuji, tetapi untuk menaati Bapa dan menyelamatkan umat-Nya. Sebagaimana perak harus dibersihkan dari kotoran untuk menjadi indah, pemimpin sejati harus dibebaskan dari keserakahan, kesombongan, dan haus pujian. Kepemimpinan yang benar lahir dari hati yang murni, bukan dari keinginan untuk menguasai.
Firman Tuhan juga memperingatkan: “Jangan berlagak di hadapan raja ... lebih baik orang mengatakan kepadamu: ‘Naiklah ke mari,’ daripada engkau diturunkan ke hadapan orang mulia.” Kehormatan sejati bukanlah hasil manipulasi atau strategi untuk menonjolkan diri. Yesus mengajarkan hal yang sama: barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan. Kehormatan Yesus tidak datang dari manusia, tetapi dari Allah Bapa yang meninggikan-Nya setelah Ia merendahkan diri sampai mati di kayu salib. Di sini kita melihat bahwa jalan kepemimpinan sejati adalah kerendahan hati. Dunia mungkin menganggap rendah hati sebagai kelemahan, tetapi Tuhan melihatnya sebagai kekuatan sejati yang patut dimuliakan.
Yesus adalah pemimpin yang benar: hikmat-Nya ilahi, hati-Nya murni, dan kerendahan hati-Nya sempurna. Dunia mungkin mengagumi pemimpin yang ambisius, tetapi Tuhan meninggikan pemimpin yang rendah hati dan tulus. Kepemimpinan sejati bukan soal posisi, jabatan, atau gelar, tetapi tentang karakter dan kesediaan untuk melayani. Jika setiap pemimpin — baik dalam jemaat, keluarga, maupun masyarakat — mau meneladani Yesus, maka kepemimpinan itu tidak akan menjadi beban, melainkan berkat bagi banyak orang.
Karena itu, kita semua dipanggil untuk memimpin dengan teladan, bukan sekadar aturan. Dalam gereja, seorang pemimpin harus siap mendengar sebelum mengarahkan. Dalam keluarga, seorang ayah atau ibu harus membimbing dengan kasih dan kesabaran, bukan dengan kekerasan. Dalam masyarakat, seorang pemimpin harus mengambil keputusan berdasarkan hikmat dan keadilan, bukan kepentingan pribadi. Bahkan jika kita tidak memiliki jabatan formal, kita semua dipanggil untuk memimpin dalam lingkup hidup kita masing-masing — memimpin dengan melayani, bukan mencari kehormatan, memimpin dengan meneladani Kristus yang rela mengorbankan diri bagi umat-Nya.
Kiranya kita semua belajar dari Yesus Kristus — Raja yang rendah hati, Pemimpin yang benar, dan Gembala Agung yang menuntun umat-Nya. Dengan demikian, kepemimpinan kita tidak hanya bermanfaat di bumi, tetapi juga berkenan di hadapan Tuhan di surga. Amin.
(Disampaikan dalam Ibadah Sektor GKPI Air Bersih)
📤 Bagikan via WhatsApp
← Kembali ke Daftar Khotbah