Logo GKPI

Hidup dalam Kemerdekaan Kristus

Nas: Galatia 5:1 | Ibadah Kategorial
🗓️ Tanggal: 21 Aug 2025
👤 Penulis: Pdt. Dr. Irvan Hutasoit

Ada banyak orang yang merdeka secara hukum, tetapi masih hidup seperti tawanan. Seorang mantan narapidana bisa keluar dari penjara, tetapi di hatinya masih terikat rasa bersalah yang mencekik. Seorang perempuan bisa hidup di zaman yang memberi banyak kebebasan, tetapi tetap terikat oleh pandangan orang lain yang menuntut kesempurnaan. Kita sering membawa rantai itu kemana pun kita pergi — rantai masa lalu yang tak kunjung dilepas, rantai penilaian yang selalu membandingkan, atau rantai rasa takut gagal yang membuat kita tak berani melangkah. Rasul Paulus menulis kepada jemaat Galatia yang mengalami hal serupa. Mereka telah dimerdekakan oleh Kristus, tetapi masih tergoda untuk kembali mengenakan kuk perhambaan hukum. Paulus berkata dengan tegas: “Kristus telah memerdekakan kita supaya kita sungguh-sungguh merdeka. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Kata eleutheróō di sini bukan hanya sekadar “membebaskan,” tetapi “membebaskan sepenuhnya dan untuk selamanya.” Kristus bukan hanya membuka pintu penjara, tetapi merobohkan temboknya, sehingga tidak ada lagi yang bisa mengurung kita. Namun, kita sering membangun kembali tembok itu dalam pikiran kita. Kita membiarkan suara-suara lama menguasai hati: “Engkau tidak cukup baik. Engkau harus membuktikan dirimu. Engkau harus selalu kuat.” Suara itu seperti belenggu halus yang membuat kita tidak merasakan kemerdekaan Kristus. Paulus mengajak kita berdiri teguh — stēkete — sikap seorang prajurit yang tetap di posisinya meskipun badai datang. Kemerdekaan Kristus bukan kebebasan untuk hidup semaunya, tetapi kebebasan untuk hidup dalam kasih. Ini adalah kebebasan untuk mengampuni tanpa dendam, melayani tanpa pamrih, dan menjadi diri kita sebagaimana Allah menciptakan kita, tanpa topeng dan tanpa tekanan untuk membuktikan diri. Di salib, Kristus menghancurkan kuk perhambaan dosa, rasa takut, dan tuduhan hukum. Dalam kebangkitan-Nya, Ia memberi kita napas kasih karunia — napas yang memampukan kita melangkah ringan, hidup tanpa bayang-bayang masa lalu, dan mengasihi dengan hati yang bebas. Kemerdekaan ini bukan hasil usaha kita, bukan pula hadiah dunia, tetapi anugerah Allah yang tidak bisa dirampas siapa pun. Kristus telah memerdekakan kita supaya kita sungguh-sungguh merdeka — merdeka dari tuduhan, merdeka dari rasa takut, merdeka untuk hidup dalam kasih yang membebaskan. Kemerdekaan yang Kristus berikan bukanlah sekadar konsep rohani yang indah di telinga, tetapi napas baru yang nyata untuk dijalani setiap hari. Kita tidak lagi ditentukan oleh masa lalu, tuntutan dunia, atau penilaian manusia. Hidup dalam kemerdekaan Kristus berarti menanggalkan setiap rantai yang tak seharusnya lagi membelenggu, dan melangkah ringan di bawah anugerah-Nya. Ini bukan kebebasan untuk hidup sesuka hati, melainkan kebebasan untuk mengasihi tanpa takut, untuk melayani tanpa pamrih, untuk menjadi diri kita sebagaimana Allah menciptakan kita. Kristus memanggil kita berdiri teguh dalam kemerdekaan ini — bukan sekali saja, melainkan terus-menerus, agar hidup kita memancarkan damai dan sukacita yang tidak dapat dirampas dunia. (Disampaikan dalam Ibadah Seksi Perempuan GKPI Air Bersih)
📤 Bagikan via WhatsApp ← Kembali ke Daftar Khotbah