Logo GKPI

Takut Pada Tuhan adalah Fondasi Iman yang Membebaskan

Nas: Mazmur 33:12-22 | Ibadah Minggu
🗓️ Tanggal: 10 Aug 2025
👤 Penulis: Pdt. Dr. Irvan Hutasoit

Di dunia hari ini, kita disuguhi beragam realita yang seringkali menimbulkan kegelisahan dan ketidakpastian. Konflik antarbangsa yang tidak kunjung usai, ketidakadilan yang berulang, serta rasa takut yang melingkupi banyak hati. Semua itu seakan menegaskan betapa rapuhnya tatanan dunia yang kita bangun. Di tengah derasnya informasi dan kemajuan teknologi, paradoksnya adalah, manusia semakin sulit menemukan tempat berlabuh yang aman. Kekuatan politik, ekonomi, bahkan militer tampak menjadi sandaran utama bagi banyak orang. Walau demikian, penggunaan kekuatan seperti itu seringkali mengecewakan dan menimbulkan keraguan. Seperti badai yang mengguncang kapal di tengah lautan luas, banyak yang bertanya-tanya: di manakah harapan kita yang sejati? Mazmur 33:12-22 hadir sebagai jawaban yang menenangkan bagi kegelisahan ini. Ayat-ayat ini mengingatkan kita akan satu kebenaran mendalam: bangsa yang berbahagia adalah bangsa yang Allahnya adalah TUHAN. Ini bukan sekadar ungkapan nasionalisme atau identitas budaya, tetapi sebuah panggilan hidup yang menempatkan Allah sebagai pusat segala keberadaan dan pengharapan. Dietrich Bonhoeffer pernah menegaskan, kesetiaan kepada Allah memanggil kita masuk ke dalam dunia yang lebih besar, dunia yang sudah dituntun oleh kasih-Nya. Dalam pengakuan itu, kita diundang untuk menyandarkan hidup bukan pada kekuatan yang rapuh, melainkan pada Dia yang menciptakan segala sesuatu dan mengatur langit serta bumi dengan kuasa dan hikmat-Nya. Ketika Mazmur berbicara tentang Allah yang mengaruniakan hidup dan melihat setiap jiwa, bahkan yang tersembunyi di dalam rahim, kita diingatkan bahwa tidak ada yang lepas dari perhatian-Nya. Jürgen Moltmann mengingatkan, Allah adalah Pencipta yang tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya, melainkan terus bekerja mengasihi dan memulihkan dunia yang pecah. Pengakuan ini membawa ketenangan dalam hati yang gelisah, sebab di tengah segala ketidakpastian, ada Raja yang memegang kendali, Raja yang tidak pernah lengah atau lalai. Selanjutnya, Mazmur juga menegur kita dengan lembut bahwa kekuatan manusiawi:raja, tentara, strategi, tidaklah cukup untuk menyelamatkan. Kebergantungan kita hanya pada Allah yang mahakuasa adalah fondasi iman Kristen. Dari sini kita diajak meninggalkan ilusi ketergantungan pada hal-hal fana dan mengarahkan pengharapan kita pada Allah yang mampu mengubah keadaan sekalipun tampak mustahil. Mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia dan berharap pada kasih setia-Nya. Rasa takut yang dimaksud di sini bukan ketakutan yang melumpuhkan, melainkan kesadaran penuh akan keagungan dan kasih Allah yang menggerakkan kita untuk hidup dalam penyerahan dan ketaatan. Reinhold Niebuhr, teolog abad ke-20, pernah mengingatkan bahwa, "takut akan Tuhan adalah keberanian sejati yang muncul dari pengakuan akan keterbatasan diri dan kepercayaan penuh kepada Allah yang Maha Kuasa." Sikap ini membuka ruang bagi perlindungan dan pemeliharaan ilahi dalam hidup kita. Di sinilah penghiburan terbesar, kita tidak pernah sendiri, tetapi selalu dijaga dan dilepaskan dari maut serta kesusahan oleh kasih setia-Nya. Pengharapan yang dihidupi bukanlah sikap pasif, melainkan sebuah tindakan iman yang berani dan sukacita. Bukankah pengharapan sejati tidak pernah mengecewakan karena berakar pada kasih Allah yang tak berkesudahan? Dalam setiap penantian yang sabar dan percaya, ada kekuatan yang lahir dari keyakinan, Tuhan adalah Penolong dan Pelindung yang setia, sumber keselamatan yang tak tergoyahkan. Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh tantangan, bacaan ini mengajak kita untuk hidup dalam pengharapan yang aktif, menjadikan Allah sebagai pusat yang kokoh dalam setiap langkah kehidupan. Kita dipanggil untuk mencerminkan damai dan keselamatan yang hanya berasal dari-Nya melalui hidup yang penuh doa, pelayanan, dan kesetiaan. Damai sejati bukan sekadar janji masa depan, melainkan realitas yang terus digenapi dalam keberanian dan kesetiaan kita hari ini. Di sinilah kita menemukan arti sejati dari iman, sebuah iman yang membebaskan, memulihkan, dan menguatkan di tengah dunia yang rapuh ini.
📤 Bagikan via WhatsApp ← Kembali ke Daftar Khotbah