Logo GKPI

Dijamah untuk Tetap Melayani

Nas: Matius 8:14-15 | Ibadah Kategorial
🗓️ Tanggal: 30 Jul 2025
👤 Penulis: Pdt. Dr. Irvan Hutasoit

Di usia lanjut, banyak dari kita mulai merasa pelan-pelan dilupakan. Anak-anak sibuk, lingkungan berubah, tubuh melemah. Kita lebih sering berada di rumah, dalam keheningan, dalam doa, kadang juga dalam keluhan. Tapi hari ini, firman Tuhan memberi penghiburan besar bagi kita semua: Tuhan Yesus datang ke rumah. Dalam bacaan kita, Yesus tidak sedang berada di Bait Allah atau tempat keramaian. Ia justru masuk ke dalam rumah Petrus. Di sana Ia melihat ibu mertua Petrus yang sedang sakit demam. Perhatikan: ibu ini tidak memanggil Yesus. Ia tidak berseru meminta pertolongan. Tetapi Yesus melihat. Ia hadir dan peduli, bahkan ketika tidak diminta. Ini berarti, Tuhan pun hadir dalam rumah kita. Ia tidak hanya berada di gereja, tapi juga di ruang makan kita yang sunyi, di kamar tidur kita yang sepi, di tubuh kita yang mulai melemah. Tuhan datang bukan karena kita hebat, tetapi karena kasih-Nya tidak pernah menua. Dan apa yang dilakukan-Nya? Yesus menjamah tangan ibu mertua Petrus. Dalam budaya saat itu, menyentuh orang sakit dianggap tidak lazim—bisa menajiskan. Tapi Yesus tidak menghindar. Ia justru menjamah. Dengan sentuhan itu, demam pun lenyap. Jamahan Yesus bukan sekadar tindakan medis; itu adalah tanda kasih yang menyembuhkan. Bagi kita yang sudah lansia, jamahan itu masih nyata: dalam damai sejahtera, dalam doa-doa yang dijawab perlahan, dalam kekuatan batin di tengah tubuh yang renta. Dia menyentuh bukan hanya tubuh, tapi juga hati dan jiwa kita. Namun kisah ini tidak berhenti pada kesembuhan. Setelah demamnya hilang, ibu mertua Petrus bangun dan melayani. Ia tidak tinggal diam. Ia tidak berbaring dan menikmati kenyamanan. Ia memilih untuk bangkit dan memberikan dirinya. Ini sangat indah—bahwa Tuhan memulihkan kita bukan hanya supaya kita merasa lebih baik, tetapi supaya kita tetap bisa menjadi berkat. Di usia lanjut, pelayanan tidak lagi harus dalam bentuk pekerjaan berat. Tapi hati yang terbuka, doa yang setia, senyum yang tulus, dan teladan iman yang lembut adalah bentuk pelayanan yang tidak kalah mulia. Kita mungkin tidak lagi bisa berjalan jauh, tetapi kita bisa berdoa bagi cucu-cucu. Kita mungkin tidak kuat menyanyi keras, tetapi kita bisa membisikkan pengharapan. Kita mungkin tidak berdiri di mimbar, tetapi hidup kita sendiri menjadi khotbah yang hidup. Renungan hari ini ingin berkata dengan lembut kepada kita: Tuhan masih memakai kita. Ia tidak menyingkirkan yang lemah, tetapi justru datang menjamah, memulihkan, dan mengundang kita untuk melayani, sekecil apa pun bentuknya. Maka, mari kita melanjutkan hari-hari ini bukan dengan perasaan dikesampingkan, tetapi dengan semangat bahwa hidup kita masih bernilai. Kita dijamah bukan hanya untuk disembuhkan, tetapi untuk membawa kesembuhan bagi orang lain—dalam doa, dalam kasih, dalam teladan. (Khotbah disampaikan pada Ibadah Lanjut Usia tanggal 30 Juli 2025)
📤 Bagikan via WhatsApp ← Kembali ke Daftar Khotbah